Sabtu, 07 November 2009

Mengapa Emosi Mengendalikan diri Anda??

Tahukah kamu, bahwa sebenarnya emosi itu tidak selamanya buruk...
tapi juga tidak bisa dikatakan baik, jika terlalu berlebihan...
Emosi yang positif seperti perasaan bahagia, senang, tertawa ataupun tersenyum secara psikologi itu adalah hal yang sangat wajar untuk diekspresikan. Dan cara orang dalam pengekspresiannya juga berbeda-beda, tergantung dari latar sosial, budaya, ataupun agama seseorang tersebut.

Nah, yang jadi pembicaraan kita saat ini adalah, Mengapa Emosi mengendalikan anda?
hmm... mungkin ada beberapa diantara kita yang menyangkal hal tersebut. Tapi, saya akan coba bertanya pada anda, "pernahkah anda mencoba membuat diri anda menyukai seseorang yang sama sekali tidak anda sukai?" atau "pernahkah anda merasa nyaman berada di samping orang yang tidak anda kenali?"

Jawaban dari pertanyaan itu terkadang memang membingungkan, tapi.. sadar atau tidak, segala sesuatu yang memiliki ikatan secara emosional akan lebih menimbulkan stimulus dalam otak kita untuk cenderung menyukai, merasa ketergantungan atau malah membencinya.

Sebagai contoh, Jika anda dekat dengan Ibu anda, dan anda selalu berbicara mengenai hal apa saja kepada Ibu anda, maka anda akan menyukai Ibu anda. Karena, dalam hubungan ini, anda akan memiliki ikatan secara emosional yang sulit ditangkap oleh orang lain yang tidak mengenal diri anda.

Sehingga ketika anda jauh dari Ibu anda, anda akan merasa sangat kehilangan. Hal ini tidak jauh berbeda ketika anda perpisah dengan teman anda, sahabat anda, guru anda, ataupun orang anda cintai.

Lalu, Kapankah Emosi ini menjadi boomerang dalam diri anda?
Saat emosi itu memenuhi seluruh ruang kepala anda, hingga tak ada lagi ruang yang tersisa, saat emosi itu mulai menjalar ke telinga anda hingga apapun yang orang lain katakan tidak lagi terdengar, dan mulai menjalar ke mata anda sehingga apapun yang anda lihat seakan semakin menyesakkan dada.
Lalu apa yang kan anda lakukan?
Jika anda seorang muslim sejati, sujudkah anda dihadapan Alloh dengan menangis tersedu-sedu??
Atau pergikah anda ke suatu tempat yang bisa menenangkan anda seperti cafe, mall atau tempat rekreasi mungkin..

Tapi, pernahkah hal itu dapat menenangkan diri anda secara progressif??
Dan ketika anda menemui hal tersebut terbesit di kepala anda, pernahkah anda bisa melupakan emosi tersebut??

hal ini baik saya, ataupun anda itu memang sangat sulit,
Terkadang saya selalu mengingatkan dalam diri saya kalau "time will heals our pain".
Tapi benarkah hal itu??
Teryata tidak.
Waktu, tidak akan bisa menekan rasa sakit kita walau sudah banyak hal yang terjadi dalam diri kita. Hal inilah yang kemudian disebut dengan 'trauma'.

Dan satu-satunya cara, yang menurut saya paling baik adalah, berusahalah untuk merubah pola yang ada di dalam kepala anda. Cintailah sesuatu yang anda benci dan bencilah sesuatu yang anda cintai.

Maksud saya, rubahlah pola yang sedang anda rasakan. Ketika anda merasa lapar pada saat berpuasa, rubahlah pola yang berada dalam otak anda bahwa anda 'tidak sedang merasa lapar dan anda tidak sedang berpuasa'. Lakukanlah aktifitas seperti biasa dan jika rasa lapar itu terus menhantui anda, maka cobalah untuk menikmati rasa lapar tersebut. Maka, sadar ataupun tidak, anda akan menyukai perasaan lapar tersebut.
Tidak percaya?? Silahkan coba!

Nah, kemudian, jika anda menyukai sesuatu yang seharusnya tidak anda sukai, lakukanlah hal yang sama. Cobalah untuk membenci dan mencari sisi negatif dari apa yang anda sukai.
Ketika anda memiliki penyakit gula darah dan anda dilarang untuk meminum sesuatu yang memiliki kadar gula padahal anda sangat menyukai sesuatu yang manis, pernahkah anda sepenuh hati melakukannya??
maka, tidak hanya saya, tapi beberapa ahli psikologi sangat menganjurkan kita untuk merubah pola yang ada di dalam otak kita.
Tekankanlah dalam diri anda bahwa gula itu pahit, beracun dan akan membuat anda mati!!
Jika pola itu sudah berhasil tertanam dalam otak anda, pernahkah anda merasa perlu untuk mengkonsumsi gula???


gamsa hamnida..